Catatan YURNALDI
Pelukis, Wartawan Seni Kompas (1995-2011), Pemred AjarDetiks.com
PADANG, AjarDetiks.com -- Petang itu saya sempat mampir ke rumah Dian Wijaya di kawasan Tabing, Kota Padang. Dian yang wartawan dan pensiunan ASN adalah kolektor lukisan masterpiece karya sejumlah pelukis terkenal Indonesia. Petang itu saya mencermati karya maestro Hendra Buana berjudul Bahtera Nabi Nuh.
“Itu salah satu karya terbaik saya yang dikoleksi Dian WIjaya, dan kini harganya bisa Rp750 juta,” kata Hendra Buana, dalam suatu kesempatan. Penulis dan Hendra Buana sering berkomunikasi di media sosial dan/atau bertemu langsung dalam sejumlah kesempatan.
Menurut hemat penulis, lukisan Bahtera Nabi Nuh karya Hendra Buana bisa dianggap sebagai karya masterpiece yang menggambarkan ketegangan antara agama, sosial, dan budaya dalam konteks Indonesia masa kini. Dengan mengangkat kisah Nabi Nuh yang dikenal dalam berbagai tradisi agama, Hendra Buana menciptakan simbol yang kuat mengenai penyelamatan umat manusia di tengah bencana dan kehancuran.
Di dalam lukisan tersebut, kita bisa melihat simbolisme yang menggambarkan perjalanan spiritual umat manusia melalui "bahtera" atau kapal, yang dapat diinterpretasikan sebagai upaya untuk menyelamatkan diri dari berbagai "bencana" yang mungkin terjadi, baik itu bencana sosial, ekonomi, atau politik.
Dalam konteks Indonesia saat ini,di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto -- yang menghadapi banyak tantangan seperti ketimpangan sosial, perubahan iklim, konflik politik, dan ketegangan sosial, lukisan ini bisa dilihat sebagai ajakan untuk bersatu dan mencari jalan keluar bersama, seperti yang dilakukan oleh Nabi Nuh dengan bahteranya.
Apresiasi terhadap karya ini, selain dari segi teknis dan artistik, juga dapat dilihat dalam kaitannya dengan refleksi sosial dan budaya. Karya ini memberi kesempatan bagi penonton untuk merenung tentang bagaimana kita sebagai bangsa menghadapi tantangan masa depan, terutama dalam hal menjaga keberagaman dan kemanusiaan, sembari tetap menghormati nilai-nilai spiritual yang ada di masyarakat.
Hendra Buana, dengan kemampuan teknis yang sangat tinggi dalam menciptakan figur-figur dan pemandangan yang begitu dramatis, berhasil membawa kita ke dalam dunia yang memaksa kita untuk berpikir tentang peran kita dalam menjaga kelestarian dan kedamaian Indonesia di tengah berbagai persoalan yang ada.
Sekilas Tentang Hendra Buana
Beberapa pameran yang pernah diikutinya antara lain: Pameran Tunggal di Jogja Gallery, Yogyakarta (2012): Pameran Lukisan Masterpiece di NEO Gallery, Jakarta (3-16 Februari 2025): Pameran Bersama Komunitas Seni Sakato.
Hendra Buana.
Hendra Buana, lahir pada 8 Oktober 1963 di desa Koto Tangah Hilir, Bukittinggi, Sumatra Barat, adalah pelukis Indonesia yang dikenal karena eksplorasinya dalam seni lukis kaligrafi Islam dan lanskap alam.
Ia menyelesaikan pendidikan di Sekolah Menengah Seni Rupa (SMSR) Padang pada tahun 1984 dan melanjutkan studinya di Jurusan Seni Lukis STSRI "ASRI" Yogyakarta (sekarang ISI Yogyakarta), lulus pada tahun 1990. Sejak masa kuliah, Hendra telah bertekad menekuni dunia seni lukis, dengan bakat yang sudah tampak sejak kecil. Pada tahun 1988, ia terpilih sebagai peserta Pertukaran Pemuda Antar Negara ASEAN.
Sepanjang kariernya, Hendra Buana telah menggelar berbagai pameran tunggal, antara lain:
- 1995 – Bentara Budaya Yogyakarta, "Painting Exhibition Hendra Buana"
- 2001 – Asram Gallery, Yogyakarta, "Calligraphy Art Painting Hendra Buana"
- 2003 – Hotel Inna Garuda Yogyakarta, "Pameran Akbar Lukisan Hendra Buana"
- 2004 – Hotel Pangeran, Pekanbaru, "Landscape Safari Lintas Sumatra"
- 2005 – Fabulous Gallery, Jakarta, "Charity Painting Art Exhibition by Hendra Buana"
- 2006 – Sahid Jaya Hotel, Jakarta, "Peaceful in Faith I"
- 2007 – Saung AA Gym, Bandung, "Solo Art Painting Exhibition"
- 2011 – Taman Ismail Marzuki, Jakarta, "Alam Takambang Jadikan Guru"
- 2012 – Jogja Gallery, Yogyakarta, "Peaceful in Faith II"
- Pada Februari 2025, Hendra mengadakan pameran tunggal bertajuk "Pameran Lukisan Karya Masterpiece Hendra Buana" di NEO Gallery, Jakarta. Pameran ini menampilkan 42 karya yang mengajak pengunjung menyelami lanskap surealis dan spiritualitas khas dalam karyanya.
Karya-karya Hendra Buana dikenal karena kemampuannya menggabungkan unsur kaligrafi Islam dengan elemen alam, terinspirasi dari filosofi Minangkabau, "alam takambang jadi guru." Ia tidak terpaku pada satu bentuk ekspresi, sering mengeksplorasi berbagai media dan gaya, termasuk kaligrafi Islami yang kaya ornamen, lukisan spektakuler, hingga karya abstrak minimalis seperti tapestry hitam putih atau berwarna.
Sepanjang kariernya, Hendra telah menerima berbagai penghargaan, di antaranya: 1) Piagam Penghargaan 10 Besar Pelukis Kaligrafi Terbaik Indonesia dari Galeri Nasional Jakarta (1996). 2) Piagam Penghargaan sebagai 10 Karya Terbaik dalam Biennale II di Yogyakarta (1990). 3) Piagam Penghargaan dan Medali Emas dari Museum Pusat Dakwah Negara Brunei Darussalam dalam Asean Workshop & Exhibition (1988).
Melalui karya-karyanya, Hendra Buana mengajak penikmat seni untuk merenungkan hubungan antara manusia, alam, dan spiritualitas, serta memahami kebesaran Tuhan melalui keindahan alam.*
Social Header